Menakar Asumsi Pertumbuhan APBD Provinsi Jambi TA 2026



Rabu, 01 Oktober 2025 - 17:15:36 WIB



JAMBERITA.COM - Target pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi sebesar 5,4 persen pada 2026 dengan kondisi APBD yang justru diproyeksikan defisit sesungguhnya mengandung banyak kontradiksi. Secara teori, pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya bisa dicapai bila ada dukungan fiskal yang kuat, investasi yang meningkat, serta daya beli masyarakat yang terjaga.

Namun, dalam rancangan APBD yang disampaikan, justru terlihat adanya pelemahan pendapatan daerah yang cukup signifikan. Pendapatan hanya ditargetkan Rp3,61 triliun, menurun hampir 21 persen dibandingkan tahun 2025. Penurunan ini sebagian dipicu oleh dinamika regulasi baru, khususnya implementasi UU Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah yang memperketat distribusi transfer pusat ke daerah. Kondisi ini membuat ruang fiskal Jambi semakin terbatas.

Dengan basis pendapatan yang mengecil, sementara belanja tetap dirancang lebih tinggi hingga menimbulkan defisit Rp64,53 miliar, maka kemampuan daerah untuk melakukan pembiayaan pembangunan yang produktif menjadi sangat terbatas. Defisit anggaran ini, bila ditutup dengan pinjaman, hanya akan menambah beban utang dan kewajiban pembayaran bunga di masa depan, sehingga ruang fiskal makin sempit. Sebaliknya, bila defisit dikompensasi dengan pemotongan belanja modal, maka efek pengganda dari belanja pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi akan hilang. Akibatnya, target pertumbuhan tinggi hanya tinggal angka yang sulit diwujudkan.

Sejarah juga memberikan pelajaran penting. Ekonomi Jambi memang sempat tumbuh 5,13 persen pada 2022, tetapi capaian itu segera melemah menjadi 4,67 persen pada 2023 dan kembali turun ke 4,51 persen pada 2024. Bahkan hingga semester I 2025, pertumbuhan baru 4,78 persen dengan capaian triwulan II sebesar 4,99 persen, masih belum menyentuh 5 persen. Data ini menunjukkan bahwa meski sesekali Jambi mampu mendekati target tinggi, capaian itu tidak konsisten dari tahun ke tahun. Menetapkan target 5,4 persen di 2026 jelas lebih condong pada optimisme politik daripada proyeksi ekonomi yang realistis.

Kendala struktural semakin memperkuat keraguan. Ekonomi Jambi masih bertumpu pada sektor primer, terutama perkebunan, pertambangan, dan komoditas ekspor yang rentan terhadap fluktuasi harga global. Bila harga sawit atau batu bara jatuh, pertumbuhan akan otomatis terkoreksi. Sementara sektor industri pengolahan dan jasa modern yang dapat menjadi penopang jangka panjang belum berkembang kuat. Ketergantungan pada komoditas primer membuat target pertumbuhan tinggi rawan runtuh oleh gejolak eksternal yang tidak bisa dikendalikan pemerintah daerah.

Di sisi lain, faktor internal juga berperan besar. Pertumbuhan ambisius menuntut adanya birokrasi yang efisien, iklim investasi yang kondusif, serta perencanaan pembangunan yang matang. Namun kenyataannya, reformasi birokrasi berjalan lambat, izin usaha masih dianggap berbelit, dan kepastian hukum sering dipertanyakan investor. Tanpa perbaikan mendasar di sektor ini, sulit membayangkan adanya lonjakan investasi yang dapat mengerek pertumbuhan hingga 5,4 persen dalam waktu singkat.

Jika dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan nasional yang berkisar 5,0–5,2 persen, target 5,4 persen berarti Jambi harus tumbuh di atas rata-rata nasional secara konsisten. Padahal, dalam tren historis, Jambi justru lebih sering berada sedikit di bawah angka nasional. Dengan basis fiskal yang melemah, proyeksi defisit, dan struktur ekonomi yang rapuh, target tersebut lebih terlihat sebagai retorika ketimbang rencana realistis.

Karena itu, langkah bijak bagi Pemerintah Provinsi Jambi adalah menetapkan proyeksi yang lebih konservatif, misalnya di kisaran 4,0–4,5 persen dengan strategi terukur berbasis data. Pemerintah daerah juga perlu menyiapkan skenario mitigasi bila kondisi global memburuk atau transfer pusat tidak sesuai harapan. Pertumbuhan ekonomi bukanlah hasil dari angka optimistis semata, melainkan buah dari perencanaan fiskal yang sehat, kebijakan sektoral yang jelas, dan keberanian melakukan reformasi struktural. Tanpa itu semua, target 5,4 persen berisiko tinggal janji manis di atas kertas.

Penulis : Doktor Noviardi Ferzi





Artikel Rekomendasi



 


Al Haris Warning Dapur SPPG di Merangin

Al Haris Warning Dapur SPPG di Merangin

Jumat, 03/10/2025 21:14:05